“Dalam sejarahnya itu, di awal abad ke-11, adalah abad di mana para pedagang dari India yang membawa sari (kain) khas India itu biasanya mereka celup kainnya ke minyak nilam, maka harganya akan sangat mahal. Nah sekarang ini ada kesempatan untuk kolaboraasi antara UMKM sutra dengan ARC. Kami berjanji untuk melakukan penelitian lagi terkait ide ini sehingga kita bisa kembali melahirkan produk seperti yang pernah ada di masa lalu,” ujarnya.

Dr. Syaifullah berharap YHK bisa menjadi pembina bagi UMKM yang ada di Sulawesi untuk terus belajar dan berkembang utamanya dalam tema penggunaan ekstrak minyak nilam.

“Kita juga berharap dalam kurun waktu satu tahun ke depan sudah ada UMKM dari Sulawesi yang mengembangkan produk turunan berbasis minyak nilam dan itu bisa menjadi income generating, akan membuka lapangan kerja sekaligus bisa menurunkan angka kemiskinan karena adanya usaha-usaha baru berbasis UMKM yang baik ini,” jelasnya.

Semantara itu, Officer Program Ekonomi Sosial YHK, Heryanto, berharap hasil dari pelatihan ini bisa diaplikasikan oleh para peserta UMKM dengan baik dan tepat. Para pelaku usaha bisa memilih membangun produk baru berbasis minyak nilam lalu perlahan menjadi bisnis berskala besar yang bisa lebih banyak menggaet tenaga kerja.

“Tentunya dengan produk turunan dari olahan minyak nilam yang punya kualitas tinggi bisa membangkitkan ekonomi pasar lokal hingga nasional. Kita mengundang para petani dari beberapa daerah di Sulawesi untuk mentransfer ilmu ini bukan hanya sampai di kelas pelaku UMKM, namun juga memberikan dampak pada kelompok petani nilam langsung yang menjadi ujung tombak,” tuturnya.

Baca Juga : Program Yatim Piatu Berdaya Yayasan Hadji Kalla Cetak Wirausaha Baru

Nonton Juga