Kata Zainal Soedarman, tahun tahun sebelumnya itu, dinas pariwisata hanya mendapatkan pemasukan diangka 500 jutaan lebih.

ia mengaku, pendapatan di sektor pariwisata tidak memenuhi target, lantaran pihaknya terkendala oleh pengadaan alat mpost.

“kami menagih pajak, baik pajak hiburan, wisatawan dan resto, harus memakai alat, dan alat itu belum kita miliki, sehingga target 50 Miliyar pendapatan di semester pertama kita tidak dapatkan.”terangnya.

Alat mpost ( money payment online system) tersebut ialah alat yang digunakan menagih pajak secara online yang terhubung langsung dengan KPK dan aplikasi daerah.

dikatakannya, jika memasang alat itu, setiap pajak, seperti pajak makanan 10 persen, dan pajak hiburan 20 persen, itu semua lansung masuk ke aplikasi dan disitu tercatat.

“alat yang tersedia dan yang terpasang sekarang ini hampir 30, sementara kebutuhan kita itu, data terakhir ada 248 yang harus kami pasangi alat.”Sebutnya.

mengenai pembuat baliho yang menelan anggaran ratusan juta rupiah, Zainal Soedarman menjelaskan jika baliho itu akan dipasang di 24 kabupaten kota.

contoh misalnya, Kota Makassar itu akan dipasang sekitar 600 titik baliho, dan pemasangan baliho dibagi dalam 6 tahapan, dan tahap pertama itu akan dipasang seratus baliho.

Sementara untuk kabupaten kota lainya, seperti mulai dari Bandara Sultan Hasanuddin Makassar sampai Kabupaten Pinrang, ada 167 baliho yang akan dipasang di tahap pertama.

Total keseluruhan baliho yang akan dipasang di 24 kabupaten kota di Sulawesi Selatan Kata Kabid Pariwisata, berjumlah 7548 baliho dengan total kontrak anggaran Rp. 826.745.000 dari total pagu senilai Rp. 868.952.000 juta rupiah.

“jadi kita bisa berhitung sendiri, misalnya jumlah baliho 7548 ukuran 1×4 saja itu bisa kenanya berapa”tanya Kabid Pariwisata.