RAKYAT.NEWS, MAKASSARMakassar dipilih sebagai satu-satunya kota di Indonesia yang akan menjadi pusat proyek Asia Resilient City (ARC) yang dilakukan oleh Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID).

Proyek ini akan dilaksanakan oleh JSI Research & Training Institute Inc. (JSI) bersama Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), dimulai dari Makassar dari tahun 2024 hingga 2027.

Proyek ini diterapkan di beberapa kota di Asia, dan Makassar adalah satu-satunya kota di Indonesia yang terlibat dalam inisiatif ini, bersama Rajkot (India), Khulna (Bangladesh), Ulaanbaatar (Mongolia), dan Bishkek (Kirgistan).

Penyertaan Makassar dalam proyek ini didasari oleh tujuan ARC untuk membangun kota yang kuat dan adaptif, mendukung pertumbuhan dinamis, dan lingkungan yang layak bagi masyarakat dihadapkan pada perubahan iklim. Oleh karena itu, proyek tiga tahun ini akan bekerja sama dengan Pemerintah Kota Makassar.

Direktur Kantor Lingkungan Hidup USAID Indonesia, Brian Dusza, menyatakan bahwa Makassar sebagai wilayah metropolitan terbesar di Indonesia bagian timur, sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.

“Perubahan iklim merupakan krisis global yang berdampak secara tidak proporsional pada masyarakat miskin dan terpinggirkan,” jelasnya.

Proyek ARC akan memanfaatkan praktik terbaik dari inisiatif Building Healthy Cities (BHC) yang sebelumnya dilaksanakan oleh IOM dan USAID di kota yang sama, terutama dalam penerapan pemikiran sistem untuk mendukung adaptasi iklim.

USAID senang bermitra dengan Organisasi Internasional untuk Migrasi dan pemerintah kota Makassar untuk meningkatkan ketahanan Kota Makassar,” imbuhnya.

Brian menjelaskan bahwa proyek ARC memiliki tiga tujuan utama: pertama, meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur dan layanan yang tangguh.

“Kedua, meningkatkan pertumbuhan ekonomi; dan ketiga, meningkatkan kapasitas untuk mengatasi tantangan iklim dan lingkungan,” tambahnya.

ARC juga akan memperkuat sumber daya manusia di pemerintah kota, sektor swasta, dan masyarakat sipil, serta mendorong pengembangan mereka.

Kepala Misi IOM Indonesia, Jeffrey Labovitz, menambahkan bahwa lokakarya ini bertujuan untuk mengidentifikasi hambatan utama di Makassar, merancang rencana aksi, dan menjelajahi strategi ketahanan secara sistematis.

“Kami berharap ARC akan memberikan dampak positif bagi ketahanan kota dan dapatmenjadi contoh bagi kota-kota lain,” katanya.

Jeffrey juga mengapresiasi dukungan Pemerintah Kota Makassar terhadap proyek ini sebagai kerjasama lintas sektoral dalam memperkuat ketahanan perkotaan.

Sementara itu, Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Makassar, Nur Kamarul Zaman, mengungkapkan terima kasih atas pemilihan Makassar sebagai lokasi proyek ini. Ia menyatakan kesiapan Makassar untuk menjadi contoh ketahanan perkotaan di Asia.

“Penetapan Makassar sebagai lokus proyek merupakan bentuk pengakuan terhadap potensi kota ini dalam berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan. Program ini menjadi peluang penting bagi Makassar untuk memajukan berbagai sektor,” ujarnya.

Kamarul juga berharap bahwa program yang diluncurkan di Makassar akan menjadi teladan bagi kota-kota lain di Indonesia dan Asia dalam mencapai ketahanan yang berkelanjutan.

“Siinergi antara pemerintah, masyarakat, dan pihak swasta akan terus didorong untuk mewujudkan tujuan tersebut, sehingga setiap langkah yang diambil dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi peningkatan kualitas hidup dan pelestarian lingkungan,” tambahnya.

Peluncuran program ini dilanjutkan dengan lokakarya multisektoral yang mengumpulkan para profesional yang terlibat dalam proyek BHC sebelumnya, serta ahli ketahanan perkotaan, adaptasi iklim, dan bidang terkait.