Pemkot Makassar dan BEM Lintas Kampus Sepakat Perkuat Ruang Dialog
RAKYAT.NEWS, MAKASSAR – Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar menegaskan komitmennya untuk terus membuka ruang komunikasi dan kolaborasi bersama aktivis mahasiswa dari berbagai kampus.
Hal ini ditandai dengan silaturahmi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) lintas kampus bersama Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, di Rumah Jabatan Wali Kota Makassar, Kamis (4/9/2025) malam.
Pertemuan tersebut turut dihadiri Sekda Kota Makassar, Andi Zulkifly Nanda, Plt Kadispora Fadli Wellang, Kepala Kesbangpol Makassar Fatur Rahim, serta Kasatpol PP Hasanuddin.
Dalam kesempatan itu, Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, menegaskan bahwa Pemkot Makassar senantiasa membuka ruang interaksi dengan mahasiswa.
Ruang dialog tersebut, kata dia, dibutuhkan tidak hanya sebagai wadah penyampaian aspirasi, tetapi juga untuk mengasah minat, bakat, serta mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
“Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri. Kami butuh masukan dan pemikiran dari adik-adik mahasiswa. Karena itu, ruang komunikasi seperti ini harus terus kita jaga, bahkan bisa kita lakukan rutin setiap bulan,” tegas Munafri.
Munafri menekankan peran mahasiswa sebagai generasi muda dan aset bangsa yang penting dalam menjaga idealisme serta gerakan moral memperjuangkan aspirasi masyarakat.
“Yang paling penting dari pertemuan ini bukan sekadar diskusi, tapi bagaimana hasil tukar pikiran bisa diimplementasikan bersama. Bukan hanya jadi catatan, tetapi harus nyata memberi manfaat bagi masyarakat,” ujarnya.
Wali Kota yang akrab disapa Appi itu juga menekankan pentingnya membangun kesamaan pandangan antara pemerintah dan mahasiswa lintas kampus. Ia mengakui tidak semua kebijakan pemerintah selalu dianggap baik oleh semua pihak, sehingga ruang dialog menjadi wadah penting pertukaran pemikiran.
“Dari sudut pandang pemerintah, bisa jadi yang kami anggap baik, belum tentu baik menurut masyarakat atau mahasiswa. Karena itu kita harus bertemu, berdiskusi, lalu mencari titik temu. Yang terpenting, hasilnya bisa kita jalankan bersama-sama,” jelasnya.
Lebih jauh, Appi menegaskan Pemkot Makassar berkomitmen menjaga kondusivitas kota dengan melibatkan mahasiswa sebagai mitra strategis. “Kami Pemerintah Kota Makassar akan hadir. Pertemuan seperti ini harus rutin, supaya kita bisa sama-sama menjaga kota ini tetap aman, kondusif, dan berkembang dengan baik,” terangnya.
Ia juga menegaskan bahwa pemerintah akan selalu berada di barisan mahasiswa dalam menjaga demokrasi dan memperjuangkan aspirasi rakyat.
“Yang paling penting adalah kita sama-sama menjaga Makassar tetap aman, demokratis, dan menjadikan setiap aspirasi mahasiswa sebagai masukan untuk pembangunan. Pemerintah tidak akan menutup diri, dan kami ingin ruang diskusi ini bisa rutin dilakukan,” tandas Munafri.
Pertemuan ini digelar usai insiden demonstrasi pada 29 Agustus 2025 lalu di Gedung DPRD Makassar, yang berujung pada pembakaran gedung. Saat itu, Wali Kota Makassar berencana menemui massa aksi, namun langkahnya dicegah sebagian anggota DPRD karena situasi dianggap tidak kondusif.
Sejumlah perwakilan BEM lintas kampus yang hadir dalam pertemuan tersebut menegaskan sikap mereka terkait insiden tersebut. Mereka menyatakan peristiwa yang terjadi tidak mencerminkan gerakan mahasiswa yang sejati.
Ketua BEM Fakultas Sains dan Teknologi UIN Alauddin, Muh Alwi Nur, menegaskan gerakan mahasiswa lahir dari idealisme dan moral, bukan tindakan brutal.
“Itu adalah tindakan oknum yang merusak nama baik Makassar dan mencederai citra gerakan ideal mahasiswa. Kota Makassar sejak dulu dikenal sebagai rahim aktivis bangsa, sehingga kejadian ini harus diusut tuntas,” tegasnya.
Perwakilan mahasiswa dari Universitas Negeri Makassar (UNM), Ashabul Kahfi, juga memastikan bahwa mahasiswa kampusnya tidak terlibat dalam insiden tersebut.
“Kota Makassar adalah kota demokrasi. Kami selalu terbuka dengan semua kalangan. Namun perlu ditegaskan, pembakaran di Gedung DPRD bukan berasal dari kami. Saat insiden terjadi, mahasiswa dari kampus kami tidak berada di lokasi,” ungkapnya.
Sementara itu, Muh Hasmi dari BEM Unismuh menilai ada pihak-pihak yang menunggangi gerakan mahasiswa.
“Setiap gerakan mahasiswa selalu ada yang mencoba mengatasnamakan diri mereka sebagai bagian dari mahasiswa. Namun jelas, tindakan anarkis dan perusakan itu lebih mencerminkan kelompok anarko yang merusak, bukan gerakan mahasiswa,” jelasnya.
Hal serupa ditegaskan perwakilan BEM Fakultas Hukum Universitas Bosowa (Unibos). Ia menilai insiden pembakaran tidak bisa dilekatkan begitu saja kepada mahasiswa.
“Kami hadir di sini untuk memberikan klarifikasi. Pelaku perusakan dan pembakaran itu bukan mahasiswa. Kami justru mengapresiasi langkah Pemerintah Kota Makassar yang membuka ruang dialog bersama mahasiswa agar kebenaran dapat terungkap,” ujarnya.
Dengan adanya ruang dialog tersebut, baik Pemkot Makassar maupun mahasiswa lintas kampus menegaskan komitmen bersama menjaga kondusivitas kota, menolak tindakan anarkis, serta memperkuat peran mahasiswa sebagai mitra strategis pembangunan. (*)

Tinggalkan Balasan