RAKYAT.NEWS, MAKASSAR – Wali Kota Makassar, Munafri Arifuddin, memaparkan arah pembangunan Kota Makassar yang berorientasi pada penyelesaian persoalan perkotaan sekaligus menyiapkan ruang bagi generasi muda agar tetap kompetitif.

Hal itu disampaikannya dalam Seminar Internasional “Competitive Generations” yang digelar Universitas Bosowa (Unibos) dalam rangka Dies Natalis, Selasa (30/9/2025).

Dalam paparannya, Munafri menegaskan bahwa pertumbuhan Makassar sebagai kota besar membawa peluang sekaligus tantangan yang harus dikelola dengan strategi matang. Kemacetan, parkir liar, dan persoalan sosial lainnya disebutnya sebagai masalah nyata yang tidak boleh dibiarkan.

“Makassar akan terus tumbuh, tetapi pertumbuhan ini juga akan membawa tantangan. Kemacetan, parkir liar, hingga persoalan sosial lainnya harus ditangani secara serius. Pemerintah kota berkomitmen menghadirkan solusi konkret,” tegasnya.

Ia menyoroti persoalan sosial yang kerap muncul di ruang publik, termasuk parkir liar yang berdampak pada kenyamanan warga. Menurutnya, pemerintah kota terus berupaya menata agar masalah tersebut dapat terkendali.

“Persoalan-persoalan sosial inilah yang harus disentuh dengan baik. Parkir liar, misalnya, jangan dibiarkan berkembang liar, tapi ditata agar masyarakat merasa nyaman. Ini komitmen pemerintah kota,” ungkapnya.

Selain persoalan sosial, Munafri juga menekankan pentingnya penyediaan “ruang ketiga” (third place) bagi anak muda. Ruang alternatif di luar rumah dan sekolah atau kantor tersebut, menurutnya, sangat dibutuhkan sebagai wadah untuk berinteraksi, berekspresi, sekaligus mengembangkan kreativitas.

“Anak-anak muda sekarang butuh ruang ketiga. Makassar harus menyiapkan ruang yang bisa menjadi wadah berkumpul, berdiskusi, sekaligus mengembangkan diri. Ini bagian dari pembangunan kota yang berkelanjutan,” ujarnya.

Mantan CEO PSM Makassar itu juga menyinggung keterbatasan infrastruktur olahraga yang masih menjadi kendala besar. Ia menilai, absennya stadion modern membuat Makassar kehilangan kesempatan menjadi tuan rumah berbagai event olahraga internasional.

“Kami pernah mencoba mendatangkan grup basket internasional, tapi terkendala karena tidak ada gedung olahraga yang memadai. Begitu juga dengan sepak bola. PSM Makassar ikut turnamen internasional, tetapi tidak pernah bisa menjadikan Makassar sebagai tuan rumah karena stadion kita belum representatif,” paparnya.

Menurutnya, pembangunan stadion modern akan membawa manfaat ganda, tidak hanya bagi olahraga, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi sekaligus memperkuat citra Makassar di mata dunia.

Pada kesempatan itu, Munafri juga menyampaikan pentingnya penataan ruang kota melalui penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

Dengan jumlah penduduk sekitar 1,4 juta jiwa dan posisi strategis sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia, Makassar, kata dia, tidak boleh lagi membangun tanpa arah yang jelas.

“Makassar ini salah satu kota besar yang belum punya pedoman detail tata ruang. Insya Allah tahun depan RDTR sudah bisa selesai, sehingga pembangunan berjalan dengan kaidah yang jelas. Kota ini harus tertata, tidak boleh lagi ada pabrik di tengah kota. Semua harus sesuai zonasi,” tegasnya.

Munafri menjelaskan, Makassar sejak lama dikenal sebagai kota perdagangan dan kini bertransformasi menjadi kota jasa. Hal ini menuntut penataan kota yang lebih baik agar mampu mengantisipasi urbanisasi, mengurai persoalan sosial, dan memaksimalkan pelayanan publik.

Ia juga memaparkan strategi pemerintah kota untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melalui investasi, mengingat Makassar tidak memiliki lahan pertanian maupun tambang. Karena itu, perdagangan, jasa, dan investasi dipandang sebagai kunci penggerak ekonomi.

“Kalau investasi tumbuh, pendapatan per kapita naik, daya beli masyarakat meningkat, kesejahteraan juga tercapai,” jelasnya.

Lebih jauh, Munafri menyebut Makassar disiapkan sebagai kota transit sekaligus tujuan pendidikan, kesehatan, dan event berskala besar di Indonesia Timur. Pemkot menargetkan setiap bulan minimal ada satu event besar dengan peserta lebih dari 10 ribu orang. Pemerintah bahkan menyiapkan insentif Rp5 miliar per bulan untuk mendukung kegiatan tersebut.

“Kita ingin hotel-hotel penuh, UMKM laku, pariwisata bergerak, dan ekonomi warga ikut terdongkrak. Inilah efek domino yang kita harapkan,” ungkapnya.

Ia juga menambahkan, pariwisata Makassar tidak hanya mengandalkan pantai dan sunset, tetapi kini mulai menggarap potensi wisata sungai dan event internasional. Visi itu bahkan sempat ia paparkan dalam forum wali kota dunia di Vienna, Austria.

Di akhir sambutannya, Munafri mengapresiasi Universitas Bosowa yang telah menjadi ruang akademik membahas pembangunan generasi kompetitif. Ia menekankan pentingnya kolaborasi pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk menjawab tantangan pembangunan kota.

“Pertumbuhan kota hanya bisa dicapai jika seluruh segmen bergerak bersama. Karena itu, atas nama Pemkot Makassar, saya berterima kasih kepada Universitas Bosowa dan mengajak semua pihak terus berkolaborasi,” pungkasnya. (*)

YouTube player