“Kami mengembangkan sistem penaburan berbaris dan berjarak pertama di Indonesia. Jarak antarbaris diatur sekitar 25 cm dengan kecepatan drone 2–3 km/jam. Hasilnya, pola tanam menjadi rapi dan pertumbuhan tanaman lebih seragam,” jelas Dr. Ami.

Selain itu, Dr. Ami menambahkan, sistem operasinya dirancang mudah digunakan dengan kontrol otomatis, sehingga petani dapat mengoperasikannya tanpa perlu pengetahuan teknis yang mendalam. Drone ini juga menggunakan baterai berdaya tahan lama untuk mendukung waktu terbang yang lebih panjang, meningkatkan efisiensi kerja di lapangan.

Dari segi konstruksi, drone ini memiliki desain kokoh dan tahan lama, dibuat dengan material kuat yang mampu bertahan di kondisi medan yang berat maupun cuaca ekstrem. Penerapan dan pengujian menunjukkan bahwa drone ini dapat bekerja efektif dalam distribusi benih padi di berbagai kondisi lahan. Inovasi ini diharapkan dapat membantu petani dalam menghemat tenaga, mengurangi biaya tenaga kerja, serta meningkatkan hasil panen secara signifikan.

“Prototipe drone ini telah diuji coba di Pattallassang, Kabupaten Gowa, bekerja sama dengan Fakultas Pertanian Unhas. Hasilnya, kelompok tani menyambut positif penerapan teknologi tersebut karena mampu meningkatkan efisiensi waktu dan ketepatan sebaran benih. Inovasi ini juga mendapatkan pendanaan penuh dari mitra perusahaan untuk pengembangan lanjutan,” tambah Dr. Ami.

Selain drone untuk menanam benih pagi, Tim Pengembangan Unhas juga mengembangkan inovasi drone untuk kebutuhan pemangkasan pohon kelapa sawit. Inovasi kini telah dilirik oleh salah satu entitas di Hawaii Amerika Serikat, yang telah berkomitmen untuk menggunakan inovasi Fakultas Teknik Unhas di negara bagian tersebut.

YouTube player