Metode penanaman yang dilakukan pola tanam murni, rumpun berjarak, pola tanam pengkayaan dan pola tanam acak. Kegiatan rehabilitasi turut mengadaptasi sebagaian metode Ecological Mangrove Rehabilitation (EMR) dimana melakukan upaya perbaikan kondisi ekologi dan hidrologi untuk menyesuaikan lokasi rehabilitasi sesuai dengan kondisi alami mangrove dapat tumbuh.

Andi Muhammad Subhan staf lapangan YKL Indonesia setiap bulannya bersama dengan 2 orang community organizer yang merupakan pemuda Lantebung yang telah dilatih melakukan monitoring, evaluasi dan perawatan hasil rehabilitasi.

“Kami sudah 7 bulan melakukan monitoring dan perawatan hasil rehabilitasi. Data hasil monitoring bulan Juli 2023 hingga Januari 2024, secara umum mangrove hasil penanaman tumbuh dengan baik. Persentase tumbuh 93% dan ditemukan 374 bibit rekrutmen alami jenis Avicennia sp. Tingkat pertumbuhan antara 30 sampai 100% dari tinggi awal bibit dengan rata-rata jumlah daun 18,35,” jelas Subhan.

Untuk perawatan yang dilakukan adalah pengecekan bangunan rekayasa untuk memastikan masih berfungsi dengan baik, pembersihan sampah serta alga pada waring dan penguatan waring serta dilakukan penyulaman.

Beragam pembelajaran keberhasilan dan kegagalan didapatkan dari kegiatan ini. Catatan terpentingnya adalah rehabilitasi mangrove tidak hanya sekedar melakukan penanaman tapi terlebih dahulu memahami lokasi dengan baik kemudian mengatasi faktor gangguan dan menerapkan metode yang tepat.

“Pembelajaran keberhasilannya adalah penanaman dengan jenis beragam lebih efektif khususnya jika berbicara zonasi, penanaman dilakukan pada area yang tidak terlalu jauh dari pohon mangrove yang sudah tumbuh dan memiliki ketinggian substrat yang sama,” ungkap Subhan.

“Bangunan rekayasa untuk mengatasi faktor gangguan membantu mangrove tumbuh dengan baik serta tinggi substrat bertambah. Pemasangan waring efektif untuk merangkap bibit-bibit yang terbawa arus untuk kemudian tumbuh di lokasi yang sesuai,” Subhan menambahkan.