Apalagi, dirinya selang dua hari sebelumnya sudah memposting berdasarkan aplikasi radar cuaca. Olehnya, ia menekankan pemerintah harus selalu memberikan early warning sistem (sistem peringatan dini) kepada warga.

 

“Persoalan banjir itu persoalan kedua, persoalan pertama ialah apakah kita siap menghadapi banjir atau tidak dengan perangkat kerja semuanya siap dengan kapasitas yang ada. Itu yang selalu saya wanti-wanti,” ucapnya.

 

Kepala BBWS Pompengan Jeneberang, Djaya Sukarno mengatakan kondisi di kolam regulasi itu, saat ini antara air sungai dengan spillway-nya masih punya elevasi 1,54 meter dengan curah hujan sejak pagi kenaikan per jamnya 2 cm.

 

Dengan curah seperti ini, lanjut dia, diprediksi dapat masuk spillway sampai lima hari ke depan. Sementara itu, untuk menyiapkan jika terjadi hujan yang lebat lagi maka timnya siap mengosongkan atau menurunkan permukaan kolam regulasi dengan dua pompa.

 

“Masing-masing pompa kapasitasnya 2 kubik perdetik. Jadi satu detik empat meter kubik dikeluarkan. Hal itu untuk menyiapkan jika curah hujan menjadi lebih tinggi dan lebih lama sehingga sudah siap menerima puncak banjir yang ada di Sungai Tallo ini,” jelas Djaya.

 

Pengurangan itu sudah dilakukan sejak pukul 14.30 WITA siang tadi.

 

Pelimpah atau Spillway sendiri merupakan salah satu bangunan pelengkap dari bendungan yang berfungsi sebagai pengaman terhadap bahaya air banjir yang melimpas di atas bendungan (overtopping). Selain itu, bangunan pelimpah juga berfungsi agar debit hujan rancangan yang terjadi cepat mengalir sehingga debit air tidak sempat meluas.

 

Secara umum metode pengendalian banjir wilayah hilir dilakukan dengan cara mengatur aliran Sungai Tallo. Kolam Regulasi Nipa-Nipa akan menyimpan air untuk sementara waktu selama terjadi puncak banjir melalui pelimpah (spillway) dan mengalirkannya kembali ke hilir Sungai Tallo melalui pintu pengatur (metode gravitasi) dan  pompa.