Ia berharap kolaborasi lintas sektor, termasuk dari pihak swasta, akademisi, dan organisasi masyarakat, dapat mempercepat operasional PAUD tersebut, demi menyambut anak-anak, termasuk ABK, dalam ruang belajar yang inklusif.

Ini penting agar anak-anak, termasuk yang berkebutuhan khusus, dapat segera menikmati layanan pendidikan yang inklusif dan berkualitas sejak usia dini,” ujarnya.

Sementara itu, penulis buku, Adilah Wina Fitria, menjelaskan bahwa karyanya lahir dari pengalaman pribadi mendampingi anaknya yang merupakan penyandang disabilitas rungu selama 15 tahun.

“Dari pengalaman itu, saya memahami bahwa sistem pendidikan kita masih punya pekerjaan rumah besar untuk mewujudkan lingkungan yang benar-benar inklusif,” katanya.

Ia menekankan pendidikan inklusif bukan sekadar membuka akses, tetapi juga harus mencakup perubahan dalam sistem, praktik, dan sikap semua pihak terhadap keberagaman anak.

Dalam bukunya, Adilah menyajikan panduan praktis untuk guru PAUD, mulai dari mengenali karakteristik anak, melakukan observasi, penilaian, hingga menyusun Program Pembelajaran Individual (PPI).

Pendekatan Montessori yang diusung dalam buku ini dinilai relevan karena menekankan kemandirian, penghargaan terhadap keunikan anak, dan lingkungan belajar yang fleksibel.

Sebagai pelengkap, buku ini juga menyajikan studi kasus dari sekolah PAUD inklusif Zivana Montessori yang didirikan Adilah di Makassar.

Dalam peluncuran tersebut, turut hadir Prof. Dr. Arismunandar yang juga memberikan pandangan akademik tentang pentingnya pendidikan inklusif dan perlunya keterlibatan semua pihak sejak usia dini.

Acara ditutup dengan seremoni peluncuran buku secara simbolis oleh Melinda Aksa, Prof. Arismunandar, dan Adilah Wina Fitria. Momen ini menjadi langkah awal yang kuat untuk memperkuat gerakan pendidikan inklusif di Kota Makassar.

YouTube player