RAKYAT.NEWS, MAKASSAR — Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Makassar mengampanyekan penggunaan antibiotik secara bijak sebagai langkah pencegahan Resistensi Antimikroba (Antimicrobial Resistance/AMR) melalui kegiatan Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) yang digelar di kawasan Car Free Day (CFD) Boulevard, Kota Makassar, Minggu (14/12/2025).

Kegiatan yang diikuti masyarakat umum serta mitra BBPOM dari unsur pemerintah daerah, akademisi, organisasi profesi, dan asosiasi ini diawali dengan senam sehat bersama.

Kepala BBPOM di Makassar, Yosef Dwi Irwan, menegaskan bahwa AMR merupakan ancaman serius bagi kesehatan masyarakat yang kerap dipicu oleh penggunaan antibiotik yang tidak rasional.

“Saat ini masih banyak masyarakat menganggap semua sakit bisa diobati dengan antibiotik. Demam langsung minum amoksisilin atau cefadroxil, bahkan dibeli tanpa resep dokter. Padahal tidak semua penyakit disebabkan oleh infeksi mikroba,” ujar Yosef dalam sambutannya.

Ia juga menyoroti kebiasaan menghentikan konsumsi antibiotik sebelum waktunya. Menurut Yosef, antibiotik yang tidak diminum hingga habis berpotensi memicu resistensi, karena mikroba menjadi kebal terhadap obat.

“Dampaknya sangat besar, infeksi jadi sulit sembuh, masa rawat inap lebih lama, biaya meningkat, bahkan bisa berujung kematian jika antibiotik tidak lagi mempan,” tegasnya.

Yosef menyebut AMR sebagai silent pandemic yang menjadi salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan global. Ia mengapresiasi Pemerintah Kota Makassar yang telah menerbitkan Surat Edaran Wali Kota tentang pengendalian dan rasionalisasi penggunaan antibiotik sebagai langkah konkret menekan pembelian antibiotik tanpa resep dokter.

Selain kampanye penggunaan antibiotik yang bijak, BBPOM Makassar juga mengedukasi masyarakat tentang pentingnya membuang sampah obat dengan benar. Yosef menekankan bahwa obat sisa, rusak, atau kedaluwarsa tidak boleh dibuang sembarangan karena berpotensi disalahgunakan dan mencemari lingkungan.