Seharusnya, ujar Iskandar mengingatkan, TP sebagai pimpinan mendahulukan kepentingan partai, bagaimana mendayagunakan semua potensi yang ada untuk membesarkan partai, termasuk para senior partai yang sekarang coba disingkirkan TP.

“Apalagi mereka pernah membuktikan kapasitas yang mereka miliki. Itu semua harus dirangkul untuk membesarkan Partai Golkar di Sulsel,” imbuhnya.

Dia menegaskan, Partai Golkar di Sulawesi Selatan dalam keadaan sakit. Buktinya sudah 3 pemilu perolehan suara di DPRD Provinsi sejak Reformasi turun terus. Anggota Fraksi Golkar di DPRD Sulsel dari 75 anggota pada awal reformasi turun terus menjadi 13 anggota.

Maka, jelasnya, untuk menyelesaikan masalah Partai Golkar di semua daerah kuncinya berada di pengurus pusat.

“Jadi tergantung para pimpinan di Jakarta. Jangan sampai selesai pemilu menyalahkan sana sini,” ujar Iskandar.

Dia mengingatkan, kalau ada masalah sekecil apapun DPP harus melirik, turunkan tim yang netral untuk mencari tahu. Karena menurutnya masalah di DPD Partai Golkar Sulsel sudah berbulan-bulan ada suara sumbang.

“Periksa apakah karena unsur tidak suka dengan Taupan Pawe atau memang kondisi riil-nya tidak kondusif,” katanya.

Yang terjadi saat ini, tambahnya, rapat pleno phisik saja tidak pernah dijalankan. Sehingga sangat susah kita terima sebuah organisasi politik terbesar di Sulawesi Selatan, 2 tahun setelah Musda belum pernah pleno.

Dia mengingatkan TP, Anda sekarang memimpin organisasi partai politik yang banyak warnanya. Ada yang sepaham ada yang tidak.

“Semua masalah bisa diselesaikan dengan dihampar di atas meja. Anda sebagai pimpinan disitu, bukan di bawah meja, bos,” tegas mantan anggota DPRD Provinsi Sulsel itu.

Menurutnya, kader itu mahal, tidak boleh semena-mena dalam memimpin.

“Contoh yang saya alami ketika menjadi Plt. Ketua DPD II Partai Golkar Kabupaten Sinjai, TP selalu mau kebulatan tekad sebelum Musda dimulai. Sebetulnya tidak bisa. Itu gaya Orde Baru. Tidak bisa main pecat orang,” tandasnya.