“Tidak sedikit yang terjerumus dalam fitnah kekuasaan. Ketika seseorang memegang jabatan atau kekuasaan, godaan untuk menyalahgunakan wewenang begitu besar,” tegasnya.

Ilham mengutip kisah-kisah para pemimpin dalam sejarah Islam yang menggunakan kekuasaan mereka untuk kebaikan, serta bagaimana mereka tetap rendah hati meskipun memegang jabatan tinggi.

“Kekuasaan seharusnya digunakan untuk melayani, bukan untuk menindas. Tahta hanya sementara, tetapi tanggung jawab di hadapan Allah kekal. Pemimpin yang adil akan mendapatkan tempat di surga, sementara yang zalim akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat,” sebutnya.

Fitnah Wanita: Ujian Pengendalian Diri

Topik ketiga yang dibahas dalam khotbah Ilham Fauzi adalah fitnah wanita. Ia menegaskan bahwa dalam ajaran Islam, wanita adalah makhluk yang mulia, namun sering kali menjadi sumber fitnah jika seseorang tidak mampu mengendalikan dirinya.

“Fitnah wanita bukanlah menyalahkan kaum perempuan, tetapi lebih kepada bagaimana seseorang mampu menjaga dirinya dari hawa nafsu yang bisa menjerumuskan.”

Ilham mengingatkan bahwa Islam telah mengajarkan bagaimana cara menghormati dan memperlakukan wanita dengan baik.

“Wanita bukan objek, mereka adalah mitra dalam kehidupan. Dalam Al-Qur’an, peran wanita sangatlah mulia, baik sebagai istri, ibu, maupun anggota masyarakat. Namun, jika seseorang gagal menjaga pandangannya dan menahan nafsunya, itu bisa menjadi sumber fitnah yang besar,” tutu lulusan Universita Indonesia ini.

Ia juga menyebutkan pentingnya menjaga akhlak dalam berinteraksi dengan lawan jenis. “Di zaman sekarang, media sosial sering kali menjadi sarana yang memudahkan orang untuk terjebak dalam fitnah wanita. Kita harus bijak dalam menggunakan teknologi dan menjaga batas-batas yang telah ditetapkan oleh agama.”

Ilham Fauzi menutup khotbahnya dengan mengajak para jamaah untuk senantiasa menguatkan iman dalam menghadapi ketiga fitnah ini.