“Kita ingin satu lokasi bisa menghadirkan banyak visi sekaligus, bukan hanya gedung MCH tetapi juga taman dan RTH,” tambahnya.

Setiap MCH akan dirancang tematik sesuai potensi wilayah. Kawasan pantai, misalnya, akan menonjolkan aktivitas UMKM dan brand lokal karena berdekatan dengan pusat wisata, sedangkan Rappocini yang dekat kampus dirancang sebagai pusat teknologi dan inovasi.

“Konsultan perencanaan akan memetakan potensi sekitar agar setiap MCH punya karakteristik unik,” kata Dara.

Program pembangunan MCH ditetapkan sebagai agenda jangka menengah dengan target 15 lokasi di seluruh kecamatan dalam lima tahun. Tahun ini, tiga titik baru akan menyusul MCH Pantai Losari yang telah lebih dulu beroperasi. Tender dini ditargetkan rampung akhir tahun, sehingga pembangunan bisa dimulai Januari–Februari 2026.

“Sekitar empat bulan dikerjakan, sehingga kuartal II atau III bisa launching. Kami ingin setiap tahun tiga hingga empat titik tuntas, sehingga pada tahun kelima masa jabatan Wali Kota seluruh 15 MCH selesai,” papar Dara.

Setiap lokasi akan disesuaikan dengan kondisi lahan. Di Biringkanayya, misalnya, lahan sekitar 600 meter persegi kemungkinan akan dibangun dua lantai, sedangkan di Tamalate yang lebih luas akan mendapat desain optimal agar tetap representatif.

Keberadaan MCH Pantai Losari menjadi bukti tingginya kebutuhan ruang kreatif. Sejak beroperasi pertengahan 2025, fasilitas ini nyaris selalu penuh.

“Amfiteaternya full booking sejak Juni hingga November. Anak-anak muda Makassar sangat antusias. Mereka hanya butuh ruang gratis yang bisa menampung sekitar 100 orang, tanpa harus bayar seperti sewa hotel atau cafe,” tutur Dara.

Pengelolaan MCH dilakukan secara sederhana dan berbasis komunitas. Warga cukup memesan jadwal melalui admin dan menjaga kebersihan, misalnya dengan membawa trash bag. Sebagai bentuk kemitraan, komunitas biasanya membuat konten dan mengabarkan aktivitas yang digelar.

YouTube player