“Sebagaimana telah disebutkan di atas, salah satu tujuan penting dari kegiatan ini tentunya melakukan konversi penggunaan fossil fuel untuk QCC yang dapat mencapai rata-rata 80 liter per jam per unit. Disamping itu, berdasarkan best practise dari pelabuhan lain baik di Indonesia maupun secara global, penggunaan diesel on board pada unit QCC kebanyakan diaplikasikan jika sumber energi listrik dari pembangkit di area tersebut tidak memadai untuk mensuplai kebutuhan listrik pada QCC yang rata-rata sebesar 1 Megawatt,” bebernya.

Namun tentunya lanjut Ayub, hal yang tidak kalah penting adalah melakukan efisiensi biaya dari penggunaan BBM yang harganya fluktuatif serta membutuhkan biaya pemeliharaan pada genset yang cukup besar belum lagi dampak atau potensi trouble pada unit kontrol QCC karena suplai daya yang tidak kontinyu (daya listrik hanya tersedia saat genset on), dibandingkan dengan penggunaan listrik dari pembangkit PLN yang dapat secara kontinyu menyediakan daya untuk operasional sistem kontrol di QCC.

Adapun target efisiensi biaya dengan penggunaan tenaga listrik dari PLN atau elektrifikasi sebut Ayub, sebesar 30% untuk setiap jam pengoperasian QCC.

“PT Equiport Inti Indonesia atau PT EII yang merupakan salah satu anak usaha dari SPJM, dipercayakan untuk melaksanakan kegiatan dimaksud. Dalam pelaksanaan kegiatan elektrifikasi ini, PT EII bekerja sama dengan beberapa mitra strategis yang merupakan agen atau distributor dari brand Conductix Wamfler, Danfoss, Bambang Djaya, Schneider, dan Kabel Metal Indonesia.”

Sampai dengan September 2022 lanjut dia, progress fisik pekerjaannya telah mencapai kisaran 90%. Salah satu potensi penghambat pengoperasian hasil elektrifikasi di TPB adalah belum tersedianya sambungan listrik dari PLN yang menyebabkan sistem elektrifikasi yang sudah hampir rampung tidak dapat dilakukan commissioning dan testing.