Ia juga menegaskan bahwa pihaknya melakukan langkah pembenahan tata kelola yang difokuskan pada penurunan biaya logistik dengan cara mempersingkat proses dalam sebuah sistem terintegrasi. Sehingga, menurut Febriyantoro, distribusi logistik dari produsen sampai ke konsumen jadi lebih mudah, murah serta lebih transparan.

“Target kita penurunan biaya logistik. Semakin banyak proses, semakin banyak birokrasi maka semakin mahal biaya logistik. Makanya kita pangkas sampai end to end. Dari gudang penjualnya hingga ke pembelinya,” kata Febriyantoro.

Dirinya juga menjelaskan terkait dengan sistem digitalisasi one get system yang terintegrasi dengan para stakeholder dan Kementerian, agar para pelaku usaha lebih mudah mengakses sekaligus melakukan pengawasan atau transparansi terhadap lembaga terkait.

“Semua didigitalisasi melalui one get system. Jadi mudah aksesnya, tidak lagi ke kementrian satu-satu. Kita mengurangi repitisi dokumen dan transparansi terkait dengan biaya dan waktu layanan,” lanjutnya.

Febriyantoro juga mengatakan, bahwa peran Pelindo terbilang cukup signifikan dalam proses pembenahan ini, karena memberikan pelayanan berupa sistem get yang besar dalam kegiatan di pelabuhan.

“Peran Pelindo cukup signifikan dalam proses pembenahan ini, karena dia membuat satu sistem get yang benar-benar besar untuk melayani layanan terkait kegiatan di pelabuhan, terkait dengan operate terminal,” imbuh Febriyantoro.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Pelindo, Arif Suhartono, menegaskan bahwa selama ini pihaknya telah melakukan transformasi atas pelayanan yang dikawal oleh Stranas PK secara bertahap.

“Stranas kan salah satu tugasnya melakukan transformasi di berbagai bidang salah satunya di pelayanan pelabuhan. Di program Stranas pelindo dan karantina jadi objek transformasi. Pelindo melalukan transformasi atas pelayanan, kita lakukan di seluruh pelabuhan secara bertahap. Ada 1 tahun, ada 5-6 bulan,” tegas Arif.